Minggu, 30 Juni 2013

makalah sifat fisika dan kimia golongan III dan IV A

Makalah sifat fisika dan kimia golongan III dan IV A




 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         LATAR BELAKANG
Unsur-unsur dari golongan IIIA adalah boron (B), aluminium (Al), galium (Ga), indium(In), dan thalium (Tl). Golongan ini memiliki sifat yang berbeda dengan golongan IA dan golongan IIA. Dan unsur-unsur pada golongan IVA adalah karbon (C), silikon (SI), germanium (Ge), timah (Sn), timbal (Pb).
1.2.         RUMUSAN MASALAH
adapun permasalahan dalam tugas makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah sifat kimia dan fisika golongan IIIA dan golongan IVA?
2.      Bagaimanakah kelimpahannya dialam dari kedua golongan tersebut?
3.      Apakah manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari?
4.      Bagaimanakah dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?
5.      Bagaimanakah proses pembuatannya?
1.3.         TUJUAN DAN MANFAAT
1.      Agar siswa dan siswi dapat mengetahui sifat kimia dan sifast kimia golongan IIIA dan golongan IVA.
2.      Agar siswa-siwi dapat menemikan serta dapat mengetahui bentuk zat kimia  dari golongan golongan IIIA dan golongan IVA.
3.      Agar siswa dan siswi dapat mengetahui manfaat golongan IIIA dan golongan IVA dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Agar siswa dan siswi dapat mengetahui proses pembuatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SIFAT KIMIA DAN FISIKA
a.       SIFAT FISIKA GOLONGAN IIIA
Tabel sifat fisika golongan IIIA
Lambing unsur
B
Al
Ge
In
Ti
Nomor atom
Jari –jari atom (A0)
Jari –jari ion (A0)
Titik Leleh (0K)
Titik Didih (0K)
5
0,80
-
2300
4200
13
1,25
0,45
923
2720
31
1,24
0,60
303
2510
49
1,50
0,80
429
2320
81
1,55
0,95
577
1740
Tabel diatas menunjukkan ringkasan beberapa sifat penting dari unsur-unsur golongan IIIA. Fakta yang terpenting pada tabel diatas adalah tingginya titik leleh Boron dan titik leleh Galium yang relatif rendah; peningkatan yang signifikan pada potensial reduksi dari atas ke bawah dalam satu golongan; tingginya energi ionisasi dari golongan nonlogam (boron) dan besarnya peningkatan kepadatan dari atas ke bawah dalam satu golongan.
b.      SIFAT FISIKA GOLONGAN IVA
Karbon dan silikon termasuk unsur golongan IVA. Anggota unsur golongan IVA lainnya adalah germanium (Ge), timah (Sn), plumbum (Pb). Di sini kita hanya akan mempelajari sifat unsur karbon dan silikon. Perhatikan sifat fisika karbon dan silikon berikut ini:
       Sifat
   C
     Si
Nomor atom
Titik leleh (K)
Titik didih (K)
6
3.510
3.930
14
1.412
2.680
c.       SIFAT KIMIA GOLONGAN IIIA
Pada makalah ini sifat kimia yang kita pelajari hanya kimia boron dan aluminium.
1.      Boron
Boron adalah unsur yang tidak reaktif pada suhu biasa. Bila bereaksi, tidak ada kecenderungan dari atom unsure boron untuk kehilangan elektron-elektron terluar dan membentuk kation sederhana yaitu B3+.
Adapun reaksi pada boron adalah sebagai berikut:
a)      Reaksi dengan halogen
Boron bereaksi dengan halogen secara umum, bahkan sampai terbakar dalam gas fluor.
2 B + 3 X2                    2 BX3                     X = atom halogen
b)      Membentuk asam oksi
ika dipanaskan dalam udara, unsur boron bereaksi dengan oksigen dalam pembakaran yang sangat eksotermik untuk membentuk oksida B2O3. Oksida ini bersifat asam. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
B2O3(s) + 3 H2O(l)  2 H3BO3(l)
                                                    asam borat
c)      Semua boron yang larut membentuk larutan yang bersifat basa bila dilarutkan dalam air, di mana ion. BO32- bertindak sebagai basa dengan menghilangkan proton dari air.
BO3 2 ¯(aq) + H2O(l) HBO3¯(aq) + OH¯(aq)
d)     Boron membentuk molekul-molekul ion raksasa dengan atom oksigen menempati kedudukan yang berselang-seling dengan reaksi seperti berikut. 
                           |
– B – O – B – O – B – O
            |                                 |
2.      Sifat Kimia Unsur Aluminium
Sejumlah garam aluminium seperti halnya logam golongan IIIA mengkristal dalam larutannya sebagai hidrat. Misal senyawa AlX3.6H2O (di mana X = Cl–, Br,– I–). Aluminium bersifat amfoter. Perhatikan reaksi berikut.
                              OH-                                      OH-
(Al(H O) )3+ (a)                Al(OH) (aq)                   (Al(OH) ) (aq)
                               H3O+                             H3O+                            
Aluminium dapat berlaku asam atau basa dikarenakan kecenderungan yang kuat untuk dioksidasi menjadi Al3+. Perhatikan reaksi berikut.
2 Al(s) + 6 H2O(l) 2 Al(OH)3(aq) + 3 H2(g)
Reaksi ini terjadi pada permukaan aluminium yang bersih tetapi dalam larutan asam atau dengan kehadiran basa kuat, lapisan tipis Al(OH)3 ini larut dengan reaksi seperti berikut.
2 Al(OH)3(aq) + 2 OH¯(aq) 2 (Al(OH)4)¯(aq)
d.      SIFAT KIMIA GOLONGAN IVA
Karbon dan silikon termasuk unsur golongan IVA. Anggota unsur golongan IVA lainnya adalah germanium (Ge), timah (Sn), plumbum (Pb). Di sini kita hanya akan mempelajari sifat unsur
karbon dan silikon.
a.       Sifat Fisika Karbon dan Silikon
Karbon dan silikon tidak reaktif pada suhu biasa. Karbon dan silikon membentuk kation sederhana seperti C4+ dan Si4+.Sifat kimia karbon antara lain sebagai berikut.
1)      Karbon bereaksi langsung dengan fluor, dengan reaksi seperti berikut.
C(s) + 2 F2(g) CF4(g)
2)      Karbon dibakar dalam udara yang terbatas jumlahnya menghasilkan karbon monoksida.
2 C(s) + O2(g) 2 CO(g)
Jika dibakar dalam kelebihan udara, akan terbentuk karbon dioksida
3)      Membentuk asam oksi.
Bila karbon dipanaskan dalam udara, unsur ini bereaksi dengan oksigen membentuk CO2 dan jika CO2 ini bereaksi dengan air akan membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H4CO3(l)
                                      asam karbonat
4)      Membentuk garam asam oksi.
Asam karbonat, suatu asam diprotik yang khas, bereaksi dengan basa menghasilkan karbonat dan bikarbonat, antara lain seperti berikut.
- K2CO3                     = kalium karbonat
- KHCO3                    = kalium bikarbonat
- MgCO3                         = magnesium karbonat
- Mg(HCO3)2         = magnesium bikarbonat
5)      Kecenderungan atom karbon membentuk ikatan kovalen tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang akan membentuk senyawa organik.
Sifat kimia silikon, antara lain seperti berikut.
1.      Silikon bereaksi dengan halogen, secara umum reaksi yang terjadi dapat dituliskan seperti berikut.
Si + 2 X2 SiX4
2.      Bila silikon dipanaskan dengan oksigen akan membentuk oksida SiO3, sehingga apabila oksida ini bereaksi dengan air membentuk dua asam yaitu asam ortosilikat (H4SiO4) dan asam metasilikat H2SiO3. Senyawa ini tidak larutdalam air tetapi bereaksi dengan basa.
H4SiO4(l) + 4 NaOH(l) Na4SiO4(l) + H2O(l)
3.      Silikon membentuk garam dari asam oksi, antara lain seperti berikut.
- Na2SiO3              = natrium metasilikat
- Mg2SiO4                 = magnesium ortosilikat
- LiAl(SiO3)2           = litium aluminium metasilikat
     4.    Semua silikat membentuk larutan yang bersifat basa yang dapat dilarutkan dalam air, dimana ion SiO32¯ bertindak sebagai basa dengan menghilangkan proton dari air.
SiO32¯(aq) + H2O(l) ⎯⎯⎯⎯HSiO3(aq) + OH¯(aq)
5.      Silikon membentuk molekul-molekul dan ion-ion raksasa, di mana atom oksigen menempati kedudukan yang berselang-seling.
2.2.         KELIMPAHANNYA DIALAM
1.     kelimpahan golongan IIIA
a.       boron
Boron tidak ditemukan bebas di alam, melainkan dalamsenyawaan seperti silika, silikat, dan borat. Senyawaan boron yang utama dan tidak melimpah adalah asam borat (H3BO3) dan natrium borat terhidrasi atau boraks (Na2B4O7.10 H2O).
b.      aluminium
Unsur yang terpenting pada golongan IIIA adalah aluminium. Kelimpahan aluminium terdapat dalam berbagai senyawaan, seperti batu manikam (Al2O3), tanah liat (Al2(SiO3)3), kriolit (NaF.AlF3), bauksit (Al2O3.2 H2O). Bauksit merupakan bahan terpenting untuk memperoleh aluminium antara lain terdapat di Kepulauan Riau, dan Pulau Bintan.
2.      kelimpahan golongan IVA
Karbon terdapat di alam dalam keadaan bebas seperti intan dan grafit. Adapun dalam keadaan ikatan sebagai bahan bakar mineral, antrasit, batu bara, batu bara muda, dan sebagai minyak tanah, aspal, gas CO2, dan CaCO3. Karbon di alam juga terdapat sebagai hasil pembuatan arang amorf, misalkan kokas dari penyulingan kering batu bara, arang kayu dari pembakaran kayu. Karbon amorf sesungguhnya adalah grafit yang hablur-hablurnya sangat halus.
2.3.         MANFAAT GOLONGAN IIIA DAN GOLONGAN IVA
a)      Manafaat golongan IIIA
a.       Unsur Aluminium
Aluminium digunakan untuk membuat barang-barang keperluan rumah tangga, misal piring, mangkok, dan sendok; untuk membuat rangka dari mobil dan pesawat terbang; sebagai bahan cat aluminium (serbuk aluminium dengan minyak cat). Aluminium dapat dicairkan menjadi lembaran tipis yang dipakai untuk pembungkus cokelat, rokok dan juga sebagai kaleng minuman bersoda. Daun aluminium atau logam campuran dengan Mg dipakai sebagai pengisi lamput Blitz, disamping gas oksigen. Selanjutnya aluminium dipakai untuk membuat beberapa macam logam campur, diantaranya yang penting ialah duraluminium (paduan 94% aluminium dengan Cu, Mn, Mg), yang terutama dipakai dalam industri pesawat terbang, dan mobil.
b.      Aluminium Oksida
Aluminium oksida (Al2O3) di alam tercampur dengan oksida besi dalam bentuk hablur yang disebut amaril. Bahan ini sangat keras dan dipakai untuk menggosok besi. Hablur Al2O3 (korundum) juga terdapat dalam bentuk batu permata atau intan berwarna misal mirah berwana merah (mirah delima), nilam berwarna biru (batu nilam), zamrut berwarna hijau, ametis berwarna ungu, ratna cempaka berwarna kuning. Batu-batu ini diperdagangkan dengan nama batu akik, meskipun nama ini tidak tepat karena yang dimaksudkan dengan akik adalah hablur kwarsa (SiO2).
c.       Senyawa Asam Borat
Asam borat (H3BO3) banyak dipakai dalam pabrik kaca dan email. Pada penyamakan kulit digunakan untuk mengikat kapur dalam kulit.
d.      Garam-Garam Aluminium Silikat
Beberapa garam aluminium silikat terdapat dalam tanah liat. Tanah liat merupakan bahan dasar dalam pembuatan keramik. Ultramarin adalah bahan cat biru yang terdiri dari Na-Al-silikat dan S. Ultramarin dalam alam terdapat dengan nama lazurit, dipakai sebagai bahan pembiru pakaian, tekstil, kertas, dan gula.
e.       Senyawa Natrium Perborat
Natrium perborat NaBO3 . 4 H2O dengan air menimbulkan oksigen aktif yang digunakan sebagai pemucat dalam beberapa macam serbuk sabun.
b)      manfaat golongan IVA
a.       Unsur Silikon
Oleh karena silikon bersifat semikonduktor sehingga digunakan sebagai bahan baku pada kalkulator, transistor, komputer, dan baterai solar.
b.      Pasir Kwarsa
Pasir Kwarsa (SiO2) digunakan untuk pembuatan kaca, gelas, porselin, beton. Selain itu SiO2 digunakan untuk menggosok batu kaca, logam-logam untuk pembuatan ampelas dan untuk pembuatan cat tahan udara.
c.       Kaca Cair Natrium
Kegunaan kaca cair natrium (Na2SiO3) adalah untuk bahan campuran sabun cuci dan perekat dalam pembuatan karton.
2.4.         DAMPAK NEGATIF DARI GOLONGAN IIIA DAN GOLONGAN IVA
Selain bermanfaat ternyata unsur-unsur yang telah kita pelajari mempunyai dampak negatif.dalam makalah ini hanya membahas beberapa dampak negativ atom. Adapun dampak negatifnya adalah seperti berikut.ni
a.       Aluminium
Aluminium dapat merusak kulit dan dalam bentuk bubuk dapat meledak di udara bila dipanaskan. Senyawa aluminium yang berbahaya antara lain aluminium oksida (Al2O3) yang bereaksi dengan karbon dan berdampak pada pemanasan global. Adapun reaksinya seperti berikut.
b.      Silikon
Silikon yang dipakai untuk kecantikan wajah dapat menyebabkan kerusakan bentuk dan melumpuhkan beberapa otot wajah. Hal ini karena silikon dapat membentuk gumpalan dan dapat memblokir aliran darah ke jaringan/organ tubuh.
c.       carbon
Dampak negatif karbon adalah pada senyawa karbon yaitu:
1.      Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida terjadi karena pemakaian bahan bakar dari fosil. Adanya pembakaran ini menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
2.      Cloro Fluoro Carbon (CFC)
CFC berdampak negatif terhadap penipisan lapisan ozon dan berkontribusi terhadap efek rumah kaca.
3.      Kloroform (CCl4)
Kloroform menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, dan bersifat racun bila tertelan.
4.      Karbon disulfida (CS2)
Karbon disulfida merupakan senyawa mudah terbakar dan bersifat meracuni.
5.      Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida biasanya dihasilkan oleh asap kendaraan dan proses industri. Karbon monoksida lebih mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen. Oleh karena itu, darah akan kekurangan oksigen.
2.5.         PROSES PEMBUTANNYA
a.       proses penbuatan aluminium dan boron
1.      Unsur Aluminium
Aluminium diperoleh dari elektrolisis bauksit yang  dilarutkan dalam kriolit cair. Proses ini dikenal dengan proses Hall. Pada proses ini bauksit ditempatkan dalam tangki baja yang dilapisi karbon dan berfungsi sebagai katode. Adapun anode berupa batang-batang karbon yang dicelupkan dalam campuran.
2.      Senyawa Aluminium Sulfat
Aluminium sulfat (Al2(SO4)) dibuat dari pemanasan tanah liat murni (kaolin) dengan asam sulfat pekat.
3.      Unsur Boron
Boron dibuat dengan mereduksi boron oksida B2O3, dengan magnesium atau aluminium. Perhatikan reaksi berikut.
                                               panas
B2O3(s) + 3 Mg(s)                   3 MgO(l) + 2 B(s)
b.      proses pembuatan silikon
Silikon dapat dibuat dari reduksi SiO2 murni dengan serbuk aluminium pada suhu tinggi, dengan reaksi seperti berikut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
  1. Unsur-unsur dari logam utama golongan III A adalah : boron ( B), aluminium (Al), galium (Ga), indium ( In), thalium (Tl).
  2. Unsur-unsur dari logam utama golongan III A umumnya dapat bereaksi dengan udara, air, asam, unsur-unsur halogen membentuk senyawa.
  3. Unsur-unsur dari logam utama golongan III A di alam tidak ditemukan dalam bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawanya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses yang digunakan untuk dapat mengisolasi unsur tersebut dari senyawanya.
  4. Unsur-unsur dari logam utama golongan III A dan senyawanya memiliki kegunaan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.
  5. Unsur-unsur pada golongan IVA adalah karbon (C), silikon (SI), germanium (Ge), timah (Sn), timbal (Pb)
     
    DAFTAR PUSTAKA
    Sunarya, Yatada dan agus setiabudi, 2009,Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/ Madrasa Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam,Departemen Pendidikan; Jakarta.
    Sukmawati dan  Wening, 2009, Kimia 3 untuk SMA/MA kelas XII, Departemen Pendidikan Nasional; Jakarta.
    Pobgajuonto,  Teguh dan Tri Rahmidi, 2009, Kimia 3 untuk SMA/MA Kelas XII, Departemen Pendidikan Nasional; Jakarta.
    http/google/ logam-utama-golongan-iiia.html
    http/google/ GAS MULIA.htm
Read More ->>

Sabtu, 29 Juni 2013

KADAR ABU


KADAR ABU


A. PENDAHULUAN
Kandungan mineral dalam pangan dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu unsur makro, unsur mikro dan trace element (unsur jarang). Pada analisis pengukuran mineral ini lebih dikenal dengan analisis abu. Abu merupakan residu sari suatu bahan pangan berupa bagian anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didestruksi. Analisis kadar abu ini adalah bagian dari analisis secara proksimat, suatu analisis yang menetapkan kadar air, karbohidrat, lemak, protein dan abu secara kasar. Kadar mineral ditetapkan dengan dari kadar abu suatu bahan makanan pada suhu 500-600˚C. Sisa dari hasil pembakaran tersebut merupakan bagian yang mengandung mineral dari bahan pangan.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur – unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan – bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan , mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka bubuk cokelat tersebut kurang bersih dalam pengolahannya, yaitu pada saat pemisahan biji dari kulit ari ada sebahagian kulit yang ikut menjadi bubuk cokelat (Wirna, 2005).
Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan.(sudarmadji.2003).
B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari cara mengukur kadar abu pada beberapa komoditi pangan.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan sebagai sampel adlah beras, kacang tanah, kemiri, dan Susu bubuk. Alat – alat yang diperlukan adalah cawan porselen, pensil, penjepit cawan, desikator, oven, muffle furnace (tanur), timbangan analitik.
D. CARA KERJA
Cara kerja praktikum ini adalah :
1. Cawan porselen dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC.
2. Kemudian cawan dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit sampai dingin.
3. Cawan ditimbang dengan neraca analitik, catat hasilnya.
4. Bahan dihaluskan kamudian ambil 3 gram dan dimasukkan kedalam cawan.
5. Cawan dimasukkan kedalam Oven selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam cawan dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang, catat hasilnya.
7. Sampel yang telah kering kemudian dibakar diatas bunsen sampai hilang asapnya.
8. Sampelkemudian dibakar menggunakan tanur sampai menjadi abu putih
9. Sampel lalu dimasukkan kedalam oven sampai suhunya stabil
10. Kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit
11. Timbang dengan menggunakan neraca analitik dan catat hasilnya.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari Praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sabagai berikut :
Kelompok
Berat Cawan (g)
Berat Sampel (g)
Berat Cawan dan Sampel yang telah diabukan (g)
Kadar Abu (%)
BB
BK
1. (susu)
20,5116
3,0681
20,6904
5,83
6,27
2. (kacang tanah)
19,9160
3,0538
19,9890
2,39
2,52
3. (kemiri)
24,0667
3,0087
24,1970
4,33
4,36
4. (beras)
21,11
3,00
21,12
0,33
0,39







Pembahasan
Bahan pangan yang mengandung kadar abu yang tinggi dapat menjadi indikator atau penentuan kualitas suatu produk bahan pangan. tahap pengabuan yang dikenal adalah prosedur pengabuan basah dan pengabuan kering. Karakteristik dari pengabuan basah dapat berupa suhunya lebih rendah, lebih cepat, sedikit volatil, dan sebagainya. Sedangkan pada pengabuan kering suhuny lebih tinggi, lebih lama waktunya, dan banyak terdapat volatil.
Menurut Sudarmadji et. al. (2010), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Abu berasal dari suatu bahan yang dibakar atau dipanaskan pada suhu 500 – 6000C selama beberapa waktu. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat  dalam bahan pangan  terdiri  dari  2  jenis  garam,  yaitu garam organik misalnya asetat,  pektat, mallat,  dan garam anorganik,  misalnya karbonat,  fosfat, sulfat,   dan   nitrat.   Proses   untuk  menentukan   jumlah  mineral   sisa   pembakaran disebut   pengabuan.  Kandungan   dan   komposisi   abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya. Pada praktikum   kali   ini,   proses   pengabuan   dilakukan   dengan menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550⁰C.
Sampel yang akan dibakar didalam tanur sebelumnya harus dibakar menggunakan bunsen sampai asapnya hilang, hal ini menandakan bahwa bahan organik yang terkandung didalamnya sudah habis. Proses pembakaran menggunakan bunsen bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran pada saat pembakaran menggunakan tanur. Bahan yang telah dibakar menggunakan tanur akan berubah menjadi abu putih.
Setelah abu dibakar menggunakan tanur selama kurang lebih 2 jam, kemudian bahan ditimbang. Penimbangan sampel yang telah di abukan harus dalam keadaan dingin, yaitu dengan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Desikator dilengkapi dengan silica gel, yang berfungsi sebagai penyerap uap air. Desikator digunakan untuk menyetimbangkan objek dengan udara yang dikendalikan sehingga galat yang disebabkan oleh penimbanan air bersama-sama objek itu dapat dihindarkan. Setelah cawan yang telah didinginkan, lalu ditimbang sampai diperoleh berat konstan. Krustang yang akan dipakai untuk menimbang cawan harus dalam keadan di atas atau terlentang, karena dikhawatirkan terkontaminasi oleh zat lain atau lemak, sehingga mempengaruhi hasil penimbangan jika zat itu menempel pada cawan (Basset, 1994).
Berdasarkan pada hasil praktikum maka dapat diketahui bahwa kadar abu yang paling banyak yaitu pada susu bubuk sekitar 5,83 % basis basah dan 6,27 % basis kering. Kemudian kemiri dengan kadar abu sebesar 4,33 % basis basah dan 4,36 % basis kering, lalu kacag tanah dan beras yang mengandung sedikit mineral.
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan.
2. Bahan pangan yang mengandung kadar abu yang tinggi dapat menjadi indikator atau penentuan kualitas suatu produk bahan pangan
3. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
4. Sebelum dimasukkan kedalam tanur sampel harus dibakar menggunakan bunsen sampai asapnya hilang, dengan tujuan menghilangkan bahan organik yang terdapat dalam sampel.
5. Bahan yang paling banyak mengandung kadar abu atau mineral adalah susu bubuk yaitu 5,83% basis basah dan 6,72% basis kering.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB : Bogor.
Astuti, Evi .2011.PENETAPAN KADAR ABU BAHAN PANGAN DENGAN METODE
GRAVIMETRI.(online).( http://eviaws.blogspot.com/2011/06/laporan-pengabuan-azg-kelompok-4-kamis.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2012)
Winarno, 1984. Kimia Pangan. PT. Gramedia: Jakarta.

Read More ->>

KADAR AIR


KADAR AIR


A. PENDAHULUAN
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).
Penyimpanan bahan pangan atau hasil pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengolahan, khususnya pengawetan dan pengemasan bahan pangan. Bila kita berbicara tentang proses pengeringan dan pengemasan bahan maka akan sangat erat hubungannya dengan kadar air bahan.
Konsep sederhana tentang kadar air bahan pangan menyatakan bahwa bahan pangan terdiri dari bahan kering ditambah sejumlah air. Pemikiran yang demikian memang praktis, akan tetapi pada kenyataannya air yang terkandung di dalam bahan makanan bisa merupakan bagian seutuhnya dari bahan pangan itu sendiri. Aira dalam bahan pangan bisa terdapat di antara sel-sel maupun terdapat di dalam sel. Air bebas terdapat di dalam jaringan, sedangkan air terikat biasanya di dalam sel. Ada banyak konsep tentang macam-macam kandungan air yang terdapat di dalam bahan pangan. Secara konvensional air dibagi tiga jenis yaitu air terikat secara kimia, air terikat secara fisik dan air bebas.
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian yang cukup penting untuk diketahui kadar airnya adalah beras. Mutu beras terutama ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelek. Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air juga perlu diketahui untuk biji-bijian yang lain. Di samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi umum maupun probadi, teknologi pangan dan sebagai air minum.  Air yang digunakan untuk keperluan khusus mungkin harus mengalami perlakuan terlebih dahulu misalnya sterilisasi, pengurangan kesadahan, penurunan BOD dan sebagainya.
oleh karena itu dirasa sangat perlu bagi kita untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan kadar air, terutama pada bidang terknologi hasil pertanian karena akan sangat banyak sekali produk pertanian yang berhubungan dengan kadar air suatu bahann pangan.
B. TUJUAN
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari cara mengukur kadar air pada beberapa jenis komoditi pangan.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan adalah : 1) Beras, 2) Kacang Tanah, 3) Kemiri, 4) Susu Bubuk. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) Autoclave, 2) Cawan Aluminium, 3) Desikator, 4) Neraca Analitik
D. CARA KERJA
Cara kerja praktikum ini adalah :
1. Cawan aluminian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC.
2. Kemudian cawan dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit sampai dingin.
3. Cawan ditimbang dengan neraca analitik, catat hasilnya.
4. Bahan dihaluskan kamudian ambil 3 gram dan dimasukkan kedalam cawan.
5. Cawan dimasukkan kedalam Oven selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam cawan dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang, catat hasilnya.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari Praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sabagai berikut :
Kel.
Berat Cawan (g)
Berat Sampel (g)
Berat Cawan dan Sampel yang telah kering (g)
Kadar Air (%)
BB
1 (susu)
Ul 1
4,6951
3,0080
7,5333
5,64
Ul 2
5,3020
3,0761
8,1307
8,08
Ul 3
20,5116
3,0681
23,3623
7,08
2 (kacang tanah)
Ul 1
19,9160
3,0538
22,8133
5,10
Ul 2
4,8271
3,0014
7,6796
4,96
Ul 3
3,8918
3,0088
6,7473
5,09
3 (kemiri)
Ul 1
24,0667
3,0087
27,0487
0,89
Ul 2
5,1630
3,0601
8,1093
3,69
Ul 3
5,2347
3,0007
8,1530
2,74
4 (beras)
Ul 1
6,22
3,00
8,8744
11,67
Ul 2
5,15
3,03
7,7962
12,53
Ul 3
21,11
3,00
23,6639
14,87
Pembahasan
Kadar air merupakan kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Kadar air dapat diukur dengan dua metode untuk menentukan kadar air, yaitu basis basah dan basis kering. Metode basis basah digunakan pada komoditi bahan pangan dengan kandungan air sedikit, sedangkan metode basis kering digunakan untuk mengukur kadar air pada komoditi bahan pangan dengan kandungan air yang banyak.
Pengukuran kadar air bertujuan untuk mengetahui jangka waktu simpa bahan, tekstur, dan mutu suatu bahan pangan. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus (kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah metode pengeringan dengan oven biasa, metode ini merupakan metode yang cukup sederhana. Tetapi jika dibandingkan dengan metode destilasi metode oven kurang akurat dan memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 24 jam.
Metode oven didapatkan dari hasil perbandingan antara selisih berat awal dan akhir dengan berat sampel dikali 100%. Oleh karena itu, pada metode ini kita melakukan penimbangan terhadap masing – masing cawan dan sampel sebelum dimasukkan kedalam oven dan juga penimbangan berat akhir setelah didiamkan dalam oven selama 24 jam. Dalam metode ini kita menggunakan cawan khusus untuk pengukuran kadar air yaitu cawan aluminium. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, cawan tersebut setelah dipanaskan dalam oven dengan suhu 105oC kemudian dimasukkan kedalam desikator, tujuannya agar cawan tersebut dingin tetapi tidak terjadi penyerapan air.
Metode oven memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan lain ikut menguap, terjadi penguraian karbohidrat, menghasilkan air yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan yang tidak terhitung. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel, setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan. Berdasarkan pada hasil praktikum dapat diketahui bahwa bahan yang mengandung kadar air paling tinggi adalah beras yaitu sekitar 13% basis basah. Kemudian disusul dengan susu, kacang tanah dan yang terakhir adalah kemiri.
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar air merupakan kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan pangan.
2. Kadar air dapat diukur dengan dua metode untuk menentukan kadar air, yaitu basis basah dan basis kering
3. Pengukuran kadar air bertujuan untuk mengetahui jangka waktu simpa bahan, tekstur, dan mutu suatu bahan pangan
4. Cawan aluminium dipanaskan sebelum digunakan agar berat cawan menjadi konstan
5. Kadar air yang paling tinggi dari semua sampel adalah kadar air beras yaitu sekitar 13% basis basah.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB : Bogor.
Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta : Jurdik             Biologi
FMIPA UNY
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta : Gramedia
Sudarmadji, Slamet, Suhardi dan Bambang Haryono. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: jakarta.
Taib, Gunarif, 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil
Pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Winarno, 1984. Kimia Pangan. PT. Gramedia: Jakarta.
Read More ->>

Analisa kadar Lemak

Analisa kadar Lemak


A. PENDAHULUAN
Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak mempunyai satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin,
pigmen yang larut dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor produk.
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan sayur-sayuran. Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan sumsum tulang. Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam
lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasilkondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran.
B. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari cara mengukur kadar lemak pada beberapa komoditi pangan.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah kacang tanah, kemiri, N- Hexane, Air dingin, batu didih. Alat – alat yang diperlukan adalah seperangkat alat Soxhlet beserta kondensor. Labu didih, penjepit labu, desikator, oven, kertas saring, Mortar, timbangan analitik.
D. CARA KERJA
Cara kerja praktikum ini adalah :
1. Bahan yang akan diukur kadar lemaknya dihaluskan terlebih dahulu.
2. Labu yang akan digunakan untuk mengisi pelarut dipanaskan dalam oven dengan ditambahkan 3 butir batu didih dan kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang.
3. Pasanglah alat – alat untuk ekstraksi soxhlet sesuai instruksi koordinator praktikum (urutan dari atas adalah kondensor, tabung ekstraksi soxhlet, dan labu).
4. Timbang bahan yang telah dihaluskan sebanyak 5 gram, kemudian dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet.
5. Isilah labu dengan pelarut organik sebanyak 200 mL.
6. Alirkan air pendingin melalui kondensor dan hidupkan alat pemanas (85oC).
7. Proses ekstraksi kurang lebih 4 jam atau sampai minyak tidak ada lagi dalam soxhlet.
8. Pelarut dipisahkan dari minyak dan labu tersebut dipanaskan di oven sampai berat konstan.
9. Berat minyak adalah selisih berat awal dengan berat akhir labu tersebut.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari Praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sabagai berikut :
Kelompok
Berat labu beserta batu didih (g)
Berat Sampel (g)
Berat labu beserta batu didih dan lemak hasil ekstrasi (g)
Kadar Lemak (%)
BB
BK
1. (kemiri)
171,9407
5,0014
174,7848
56,87
57,38
2. (kemiri)
172,8893
5,0013
175,3590
49,38
49,82
3. (kacang tanah)
169,7854
5,0604
172,5835
55,29
58,26
4. (kacang tanah)
167,7646
5,0082
160,2785
50,20
52,9







Pembahasan
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36).
Analisis kadar lemak menggunakan metode ekstraksi Soxhlet (Apriyantono et al, 1989). Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital dengan tingkat ketelitian 2 desimal, labu Soxhlet, oven, desikator, botol timbang. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kadar lemak adalah kertas saring, dan ether.
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36).
Proses ekstraksi selesai apabila pelarutnya sudah jernih. Pelarut yang jernih menandakan bahwa lemak yang terdapat dalam soxhlet telah masuk semua kedalam labu didih, pelarut dan minyak dapat dipisahkan dengan cara dipanaskan karena titik didih lemak lebih tinggi dari pelarut, sehingga kita bisa mengukur berat lemak hasil ekstraksinya.
Kesalahan yang sering terjadi pada saat ekstraksi kadar lemak ini adalah praktikan tidak mengetahui apakah pelarut tersebut sudah bening atau belum, kesalahan ini akan sangat fatal karena jika praktikan menghentikan proses ekstraksi sedangkan kandungan lemak dlam bahan masih banyak maka perhitungan kadar lemak bahan akan berkurang sihingga hasil yang didapatkan tidak maksimal.
Berdasarkan pada hasil yang didapatkan itu, maka dapat diketahui bahwa kadar lemak yang paling banyak terdapat pada kemiri yaitu sekitar 56,87 %. Perbedaan hasil antara kelompok 1 dan 2 ini mungkin terjadi karena pada saat penghaluskan bahan yang kurang sempurna atau kurang teliti saat melakukan ekstraksi.
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar lemak merupakan kandungan lemak yang terdapat dalam bahan pangan.
2. Bahan pangan yang mengandung kadar lemak banyak mengindikasikan bahwa bahan tersebut banyak mengandung lemak atau minyak.
3. Untuk mengetui kadar lemak suatu bahan kita harus mengetui kadar air bahan tersebut.
4. Bahan yang paling banyak mengandung lemak adalah Kemiri yaitu sekitar 56,87% basis basah dan 57,38% basis kering.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono.1989. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi
UGM.
Ketaren.1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Read More ->>

Bilangan Kuantum

Bilangan Kuantum

Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan kuantum.
1. Bilangan kuantum utama (n): mewujudkan lintasan elektron dalam atom.
n mempunyai harga 1, 2, 3, .....
- n = 1 sesuai dengan kulit K
- n = 2 sesuai dengan kulit L
- n = 3 sesuai dengan kulit M
- dan seterusnya

Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah elektron maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi rumus Pauli = 2n2.
Contoh:
kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 42 elektron = 32 elektron
2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit.
Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1).
n = 1 ; l = 0 ; sesuai kulit K
n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L
n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M
n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N
dan seterusnya

Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:
l = 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp)
l = 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle)
l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse)
l = 3 ; sesuai sub kulit f  (f = fundamental)

Bilangan kuantum magnetik (m): mewujudkan adanya satu atau beberapa tingkatan energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m) mempunyai harga (-l) sampai harga (+l).
Untuk:

l = 0 (sub kulit s), harga m =   0 (mempunyai 1 orbital)
l = 1 (sub kulit p), harga m = -1, O, +1 (mempunyai 3 orbital)
l = 2 (sub kulit d), harga m = -2, -1, O, +1, +2 (mempunyai 5 orbital)
l = 3 (sub kwit f) , harga m = -3, -2, O, +1, +2, +3 (mempunyai 7 orbital)

4. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya.
Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2 atau -1/2.

Pertanyaan:
Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron 3s1 ?
Jawab:
Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s1 dapat dinyatakan sebagai,
n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2



Read More ->>

Minggu, 26 Mei 2013



1.     Bagaimanakah cara mengidentifikasi adanya protein dalam bahan makanan?
Jawab:
cara mengetahui bahwa suatu bahan makanan mengandung protein
adalah dengan uji protein gan
ada 4 cara yaitu

1. Uji xantoprotein,
uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi
adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa
asam amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan.
Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein
ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih.
Apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila
di[anaskan akan berubah menjadi warna kuning.

2. Uji biuret,
uji biuret ini dapt digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide dalam
suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya senyawa
protein. Langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga
mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes
larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu maka larutan
tersebut mengandung protein.

3. Uji millon, Uji millon dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya
senyawa protein yang memiliki gugus fenol seperti tiroksin. Pereaksi millon terdiri dari
larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.adanya protein dalam sempel dapat
diketauhi apabila dalam sampel terdapat endapan putih dan apabila endapan putih itu
dipanaskan akan menjadi warna merah.

4. Uji belerang, uji belerang dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya
senyawa protein karena dapat menunjukan asam amino memiliki gugus belerang seperti
sistin dan metionin. Langkah pengujianya adalah larutan sampel ditambahkan NaOH pekat
kemudian dipanaskan. Selanjutnya keda;am larutan ditambahkan pula larutan timbale asetat.
Apabila ;larutan mengandung sasam amino yang memiliki gugus belerang maka warna
larutan atau endapat berwarna hitam. Yaiti senyawa timbale sulfide (PbS)

2.    Apakah yang dimaksud glikoprotein? Berikan contohnya!
Jawab :
Glikoprotein adalah suatu protein  yang mengandung rantai oligosakarida  yang mengikat glikan  dengan ikatan kovalen  pada rantai polipeptida  bagian samping. Struktur ini memainkan beberapa peran penting di antaranya dalam proses proteksi imunologis, pembekuan darah, pengenalan sel-sel, serta interaksi dengan bahan kimia lain. Dengan kata lain glikoprotein adalah Ini adalah biomolocule terdiri dari karbohidrat dan protein.. Contoh glikoprotein adalah Alpha-1-acid glycoprotein (AGP)atau orosomucoid (ORM). Yaitu suatu fase akut plasma alpha globulin glikoprotein dan dimodulasi oleh dua gen polimorphic.

3.    Apakah yang dimaksud denaturasi protein? Sebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein!
Jawab :
Denaturasi protein adalah berubahnya struktur protein dari struktur asalnya atau struktur alaminya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yaitu suhu tinggi,  perubahan pH yang ekstrim, pelarut organik, zat kimia tertentu (urea dan detergen), atau pengaruh mekanik (guncangan).

4.    Mengapa protein yang mengalami denaturasi menjadi kehilangan fungsi biologisnya?
Jawab :
Denaturasi protein kehilangan fungsi biologisnya karena protein mengalami perubahan struktur sehingga menyebabkan dapat gangguan terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel.

5.    Apakah urea CO(NH2)2 menunjukkan uji yang positif terhadap uji biuret?
Jawab :
Iya, urea memberikan hasil positif pada uji biuret karena urea mempunyai ikatan peptida di dalamnya.

6.    Apakah yang dimaksud struktur kuarterner protein?
Jawab :
Struktur kuartener protein adalah di mana protein terdiri atas 2 rantai polipeptida atau lebih dan di satukan oleh gaya dispersi (ikatan hydrogen).
7.    Suatu sampel ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer menghasilkan warna ungu. Bila sampel dipanaskan dengan HNO3 pekat kemudian dibuat alkalis dengan NaOH terjadi warna jingga. Apakah yang dapat anda simpulkan dari uji di atas?
            Jawab :
Dari hasil uji di atas dapat di simpulkan bahwa sample mengandung ikatan peptida dan mengandung gugus fenol (cincin benzena).
  

8.    Suatu sampel memberi hasil yang positif terhadap uji ninhidrin dan biuret tetapi negatif terhadap penambahan larutan NaOH dan Pb(NO3)2. Kesimpulan apakah yang dapat diperoleh dari fakta tersebut?
Jawab :
Sample mengandung protein dan ikatan peptide tetapi tidak mengandung belerang di dalamnya.
9.    Apakah yang dimaksud dengan enzim? Berikan contohnya!
Jawab :
Enzim adalah biomolekul  berupa protein  yang berfungsi sebagai katalis  (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia  organik . Contohnya adalah laktase , alkohol dehidrogenase  (mengatalisis penghilangan hidrogen dari alkohol), dan DNA polimerase .

10.  Bila 20 molekul glisin berpolimerisasi membentuk polipeptida. Berapakah massa molekul relatif polipeptida yang terbentuk? Ar H = 1, C = 12, N = 14, O = 16).
Jawab :
1440 g/mol
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.