Analisis Sabun
Sabun
merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali
(dalam percobaan ini digunakan NaOH) dengan minyak. Reaksi ini dikenal
dengan reaksi saponifikasim(penyabunan). Disamping sebagai reaksi
pembentukan sabun, reaksi ini dapat menunjukkan adanya asam lemak yang
berbeda dalam suatu minyak.
Dalam
percobaan membuat sabun kali ini, akan dibuat dua buah sabun dengan
bahan dasar yang berbeda, yaitu sabun minyak sawit dan sabun minyak
kelapa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit).
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak
kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak
kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100%
minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari
itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak
kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Seberat
10 gram minyak kelapa sawit ditambah dengan asam stearat 1 gram,
campuran tersebut dipanaskan sampai asam stearat larut sempurna atau
mencair dalam minyak kelapa sawit. Tujuan ditambahkannya asam stearat
adalah untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Larutan dipanaskan sampai suhu 70˚C, tetapi sebelum suhu mencapai 70˚C (kurang lebih 68-69˚C)
larutan tersebut diangkat dari penangas, hal ini dilakukan agar suhu
larutan tidak terus naik. Suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi
minyak sehingga warnanya kecoklatan. Larutan tersebut didinginkan sampai
suhu mencapai 50˚C,
kemudian ditambahkan larutan NaOH dan diaduk terus. Pada sabun dari
minyak sawit, gumpalan yang dihasilkan banyak. Penambahan Larutan NaOH
berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang
digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika
digunakan basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair (lunak). Sabun
yang diperoleh dari logam Na atau K dengan asam lemak tinggi pada
umumnya mudah larut dalam air panas. Hasil kelarutan ini memberikan
larutan koloid yang berwarna putih susu. Sifat kelarutan ini akan
berkurang apabila dalam air terdapat ion-ion logam yang mampu
menghasilkan reaksi substitusi yang hasilnya adalah berupa endapan garam
kalsium, sedangkan supernatannya merupakan cairan yang mempunyai sifat
tidak menghasilkan busa pada pengocokan.
2 RCO2Na + Ca2+ à (RCOO)2Ca ↓ + 2 Na+
Setelah
itu ditambahkan alcohol 12 gram tetes demi tetes dan gliserin 4 gram.
Fungsi dari penambahan alcohol yaitu sebagai pelarut pada proses
pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air
dan lemak. Sedangkan gliserin merupakan humektan sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Larutan tersebut terus diaduk
sampai berbentuk seperti bubur, barulah kemudian dipanaskan kembali
dengan terus diaduk sampai larutan berubah menjadi jernih. Setelah
campuran agak dingin, kemudian ditambah dengan minyak zaitun yang
fungsinya sebagai pewangi pada sabun, dan selanjutnya dituangkan ke
dalam cetakan sebelum campuran memadat. Pada sabun dari minyak sawit,
pemadatan sabun memerlukan waktu yang relative singkat. Sabun yang
dihasilkan berwarna kuning pekat.
Coconut Oil (minyak kelapa).
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak
kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam
laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat,
kaprilat, dan kaprat.
Semua
prosedur dalam pembuatan sabun dari minyak kelapa maupun minyak sawit
adalah sama, perbedaan hanya terletak pada saat ditambahkan NaOH,
gumpalan yang dihasilkan pada sabun minyak kelapa lebih sedikit. Selain
itu, untuk menjadi fase padat, sabun dari minyak kelapa memerlukan waktu
yang relative lama daripada sabun dari minyak sawit. Warna padatan
sabun dari minyak kelapa lebih terang daripada sabun dari minyak sawit.
Sifat emulsi sabun
a. Minyak kelapa
Pada
pengujian emulsi sabun dilakukan dengan melarutkan sabun 0.2 gram
dengan aquades 3 mL, larutan tersebut dicampur dengan minyak kelapa
sebanyak 5 tetes kemudian dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar
menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan sampai lapisan air dan minyak
terpisah. Setelah lebih dari 15 menit terjadi pemisahan lapisan antara
lapisan air dan lapisan minyak. Berarti sabun yang dibuat itu mengalami
emulsi yang sempurna. Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat
mengurangi tegangan permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini
pembentukan busa atau sifat emulsinya akan meningkat. Hal ini
disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai dua kutub yaitu
kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub yang bersifat hidrofobik.
Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke lapisan air, sedangkan kutub
hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya sifat tersebut, maka
cairan dalam air akan membentuk emulsi. Semakin lama waktu pemisahan air
dengan minyak, maka emulsi dari sabun akan semakin baik.
Diujikan
juga dengan mereaksikan akuades dengan minyak kelapa dan sabun, tetapi
sabun yang dipakai bukan sabun dari minyak kelapa melainkan sabun dari
minyak sawit. Hasilnya adalah diperlukan waktu lebih dari 15 menit untuk
terjadi pemisahan antara air dan minyak. Waktu tersebut dapat
menjelaskan emulsi yang dihasilkan adalah sempurna.
Sebagai
pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur
aquades 3 mL dengan 5 tetes minyak kelapa dengan tanpa pemberian sabun
pada larutan tersebut dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen.
Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata membutuhkan waktu sekitar 30
detik untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan
minyak.
b. Minyak kelapa sawit
Pengujian
emulsi sabun pada sabun minyak sawit dengan minyak sawit dan akuades
juga dibutuhkan waktu lebih dari 15 menit untuk terjadi pemisahan antara
minyak dan air, hal tersebut menunjukkan emulsi yang dihasilkan adalah
sempurna. Sedangkan pada pengujian minyak sawit dengan sabun dari minyak
kelapa dan akuades diperlukan waktu yang relative sama untuk
menghasilkan pemisahan antara air dan minyak, yaitu lebih dari 15 menit,
yang berarti menghasilkan emulsi yang sempurna.
Pada
pembandingnya, pengujian emulsi menggunakan minyak kelapa sawit
ditambah dengan aquades, waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan antara
lapisan air dan lapisan minyak yaitu sekitar 20 detik.
0 komentar:
Posting Komentar