AAS (Atomic Absorbsion Spektrophotometri)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan
unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi
radiasi oleh atom bebas.
Spektrofotometer
serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari
unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena
prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,
sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks
yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah
dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,
spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan
double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal
fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat
memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang
digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk
analisis satu unsur saja.
Metode
AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan
tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga
komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur
fotometerik.
Teknik AAS menjadi
alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan
karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain
dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS
dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber
cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal
dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api
yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut
diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang
berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari
emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi
atau sampel.
Atom dari suatu
unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom
diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron
sehingga
elektron tersebut akan
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada
panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh
atom tersebut.
CARA KERJA AAS :
1. pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2.
Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
Yes dan jika tidak No.
3.
Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas
supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan
mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5.
Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan.
6.
Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition
settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow
:1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit
concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3
ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12.
Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15.
Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16.
Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program
pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor,
setelah itu ducting dan terakhir gas.
Bagian-Bagian pada AAS
a. Lampu Katoda
Lampu
katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa
pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap
unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,
seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu : Lampu Katoda Monologam :
Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu Katoda Multilogam : Digunakan
untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih
mahal.
Soket pada bagian lampu
katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan
pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada
AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari
ke-empat besi lainnya.
Lampu
katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara
pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung
gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator.
Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian
untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan
bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa
dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila
ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan
dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar
karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi
aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
c. Ducting
Ducting
merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada
atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS,
diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar ppolusi yang dihasilkan
tidak berbahaya.
Cara
pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan
ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan
ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena
bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan
mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
c. Kompresor
Kompresor
merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan,
dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada
bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau
berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang
akan disemprotkan ke burner.
Bagian
pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara
dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan
posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan,
akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi
basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini,
sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan
uap air akan terserap ke lap.
d. Burner
Burner
merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api,
dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan
burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal
ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai
pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot
larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada
bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan
selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam
yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki
nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda
bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling
biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan
konsentrasi
f. Buangan Pada AAS
Buangan
pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,
karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala
api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
Tempat wadah
buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS
atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya
proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga
berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila
buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.
Keuntungan metode AAS
Keuntungan
metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik,
batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur
unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh,
output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada
banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,
pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi)
sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta
pengaruh matriks misalnya pelarut.
SISTEM ATOMISASI
1. SISTEM ATOMISASI NYALA
Setiap
alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem
introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan
instrumen sumber atomisasi ini adalah nyala dan sampel di introduksikan
dalarn bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol.
Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan
ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).
Ada
banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun untuk
spektrometri atom. Namun demikian. yang saat ini menonjol dan dipakai
secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous
oksida- asetilen.Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang
sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat ditentukan
dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Biasanya
menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS,. temperarur nyala-nya
yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala
yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat
diminimalkan. Nitrous oksida-asetilen .Dianjurkan dipakai untuk
penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai.
Hal ini disebabkan temperatur nyala yang dihasilkan relative tinggi.
Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V danW.
Proses
atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi
spesies atom dalam nyala. Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap
hubungan antara konsentrasi atom analit dalam larutan dan sinyal yang
diperoleh pada detektor dan dengan demikian sangat berpengaruh terhadap
sensitivitas analisis. Langkah-langkah proses atomisasi melibatkan
hal-hal kunci sebagaimana diberikan pada Gambar 3. Secara ideal fungsi
dari sistem atomisasi (source) adalah:
a. Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa-gas dengan sedikit perlakuan atau tanpa perIakuan awal.
b. Me!akukan seperti pada point 1) untuk semua elemen (unsur) dalam sampel pada semua level konsentrasi.
c. Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap elemen dan sampel.
d.
Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari konsentrasi
tiap¬-tiap elemen. yakni agar gangguan(interfererisi) dan penganih
matriks (media) sampel menjadi minimal.
e. Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).
f. Mendapatkan harga beli, perawatan dan pengoperasian yang murah.
g. Memudahkan operasi.
2. SISTEM ATOMISASIDENGAN ELEKTROTHERMAL (TUNGKU)
Sistem
nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan
penyiapan sampel. Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
c. Tahap atomisas
Unsur-unsur
yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan
unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur
yang sama sekali tidak dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten,
Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr, hal ini
disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Jangan
menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat 2. Sulfat dan
fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan
dalam tungku. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi
dapat terjadi pada sampel dan standard.
METODE ANALISIS
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah :
(1) Metoda Standar Tunggal
Metoda
sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar
(Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan
Spektrofotometri.
(2) Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu
seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari
larutan tersebut diukur dengan AAS Langkah selanjutnya adalah membuat
grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan
garis lurus melewati titik nol. dengan slope = b atau slope = a.b.
Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan
sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan
ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan
program regresi linear pada kurva kalibrasi.
(3) Metoda Adisi Standar
Metoda ini dipakai secara luas
karena mampu meminimalkan kesalahan yangdisebabkan oleh perbedaan
kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.Dalam metoda ini dua
atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam
labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian
diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan
larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu
dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada
larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :
Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx)
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampe
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Konsentrasi
zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat
pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh
diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh.
Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)
Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs
GANGGUAN DALAM ANALISIS DENGAN SSA
Ada tiga gangguan utama dalam SSA :
(1) Gangguan ionisasi
(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)
(3) Gangguan fisik alat
Gangguan
lonisasi: Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah
dan beberapa unsur yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah
terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan FES dan AAS yang diukur
adalah emisi dan serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh sebab itu
dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan
sinyal yang ditangkap detek'tor menjadi berkurang. Namun demikian
gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya
sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat
diatasi dengan menambahkan unsur-¬unsur yaug mudah terionisasi ke clalam
sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang
dianalisis.
Pembentukan Senyawa
Refraktori: Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan
senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel sehingga
terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh, pospat
akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan kalsium piropospat
(CaP2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam
nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan
stronsium klorida atau lantanum nitrat ke dalam tarutan. Kedua logam ini
lebih mudah bereaksi dengan pospat dihanding kalsium sehingga reaksi
antara kalsium dengan pospat dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan
ini juga dapat dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan. EDTA akan
membentuk kompleks chelate dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa
refraktori dengan pospat dapat dihindarkan.
Selanjutnya
kompleks Ca-EDTA akan terdissosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca
yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabi!a
unsur-unsur seperti: AI, Ti, Mo,V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH
dalam nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas.
Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala.,
sehingga nyala yang urnum digunakan dalam kasus semacam ini adalah
nitrous oksida-asetilen.
Gangguan
Fisik Alat : yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua
parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan
sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah: kecepatan
alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven,
kandungan padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan
ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat Kalibrasi
(standarisasi).
PROSEDUR KERJA
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan :
a. Sumber sinar
b. Atomizer
c. Detector
d. Labu ukur
e. Pipet tetes
f. Pipet volume
g. Beaker glass
h. Batang pengaduk
2.1.2 Bahan yang digunakan :
a. Larutan logam Pb 1 ppm
b. Larutan logam Pb 2 ppm
c. Larutan logam Pb 2 ppm
d. Larutan unknow
Sebagai gas pembakar dan oksidan yang digunakan adalah :
1. AcetyleneUdara
2. Acetylene N2O
3. Acetylene Oksigen
4. H2 Udara
5. H2 N2O
6. H2 Oksigen
7. Propana Udara
2.2. Prosedur Kerja
Sebelum penekanan power switch :
a. Display switch ke check
b. Scan speed switch ke manual
c. Ekspansi knop skala 1,00 (x1)
d. A.A Zero skala 10,00
e. Mode ke FE
f. Lamp current ke skala 0
g. FE Zero ke arah jarum jam (habis)
Sebelum pengaliran gas :
a. Pilih jenis gas yang akan digunakan
b. Buang air pada tangki air, bila diatas level yang ditentukan (perhatikan volume tangki sedikit diatas garis strip)
c. Putar presurre control berlawanan arah sampai %
d. Flame monitor ke on-of
e. Level monitor ke udara
f. Atur flow gas yang dipakai : udara.
Menghidupkan lampu katoda :
a. Tekan power switch ke ON
b. Pasang lampu dan sesuaikan ke tempatnya
c. Longgarkan skrupnya dan atur sehinnga posisi lampu lurus ke poros opticalnya.
d. Sesuaikan lampu current menurut yang dikehendaki
e. Setelah pengaturan panjang gelombang dan slit width tepatkan pada posisi lampu sehingga skala meteran maximum.
f. Lampu dapat digunakan untuk analisa setelah pemanasan 10 menit mengaturan slit width dan panjang gelombang :
pengaturan slit width dan panjang gelombang :
a. Atur response 1
b. Atur slit width menurut yang dikehendaki
c. Atur A.a Zero antara 3, 5-4-3
d. Tepatkan dengan FE Zero kontrol, sehingga skala meteran pembacaan dibawah 100 (=80) lampu z monitor seperti padam.
e. Putar perlahan-lahan panjang gelombang sehingga diperoleh harga maximum pada skala pembacaan
Ignisi :
a. Perhatikan kembali skala-skala pengaliran gas, sesuaikan dengan tabel.
b. Putar flow kontrol sesuai arah jam (habis) dan akan terlihat knop warna merah.
c. Tekan ignisi sehingga terbentuk nyala.
d. .Atur nyala sehingga tingginya sesuai dengan memutar pengatur knop udara
Pengukuran :
a. Putar mode switch dari FE ke AA
b.
Sambil mengaspirasikan solvent (air) display ke check tepatkan dengan
AA Zero sehinnga skala meteran menunjukkan antara 0-100 (=75). Maka zero
monitor menjadi padam.
c. Putar display ke average 1, jika pada saat itu skala meteran diluar normal (-) tekan zero set.
d.
Sambil aspirasi air, check sinar zero monitor jika tidak terang maka
tekan zero set, secara continiu aspirasi solvent sehingga zero set
menjadi padam. Jika sinar zero monitor terang atur dengan AA zero dengan
aspirasi air sehingga air menjadi padam dan tekan zero set.
e. Aspirasi sampel dan tekan ³average start´.
f. Sesudah average start padam, stop aspirasi dan tekan ³zero set´ baca skala pembacaan absorbansi.
Pemadaman Nyala :
a. .Aspirasi air -10 untuk membersihkan burner
b. Putar OFF preassure monitor dan flame monitor
c. tutup klran C2H2dan udara OFF
d. Putar preassure control sesuai lawan arah jarum jam(3/4)habis)
e. Tekan extinguish sampai skala meteran 0 stop nyala
f. Atur
- Expansi ke 1
- Display check ke check 1
- Mode switch ke FE 2
g. Putar lamp current ke 0 untuk memadamkan lampu katoda
h. Tekan power ke OFF
Pembuatan larutan standart logam :
Buat
larutan standart logam dengan konsentrasi-konsentrasi yang sesuai
dengan absorbansi AC larutan standart yang diketahui konsentrasinya
biasanya dibuat kurva kalibrasi suatu grafik antara A vs C.
Pembuatan larutan cuplikan :
Buat larutan cuplikan menurut pelarutan bahan cuplikan yang sesuai.
Pengukuran cuplikan dilakukan menurut prosedur diatas.Dan konsentrasi larutan
cuplikan dapat ditentukan dengan bantuan grafik standar.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
1.1. Gambar Peralatan
Beaker glass dan erlenmeyer
3.2. Gambar Rangkaian
3. 3. Keterangan Gambar Rangkaian
a. Lampu Katoda
Lampu
katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa
pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap
unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,
seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
a. Tabung Gas
Tabung
gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
dengan kisaran suhu ± 30000K.
b. Ducating
Ducting
merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
c. Kompresor
Kompresor
merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom.
d. Burner
Burner
merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api,
dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
e. Buangan pada AAS
Buangan
pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,
karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala
api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
f. Dioda Laser
Spektrokopis
penyerapan atom juga dapat dilakukan oleh laser, diode laser terytama
karena sifat baik mereka untuk spektrometri penyerapan sinar laser.
Teknik ini kemudian juga disebut sebagao diode laser spektrometri
penyerapan atom (DLAAS atau DLAS), atau, karena panjang gelombang
modulasi yang sering digunakan, spertro metri penyerapan panjang
gelombang modulasi.
0 komentar:
Posting Komentar